Wednesday, December 24, 2014

Jual Beli Salam

Makalah Hukum Bisnis


Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No: 05/DSN-MUI/IV/2000,
tentang
Jual Beli Salam.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 
Menimbang :
a.       Bahwa jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu, disebut dengan salam, kini telah melibatkan pihak perbankan.
b.      Bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang salam untuk dijadikan pedoman oleh lembaga keuangan syari’ah.
Mengingat :
1.      Firman Allah QS. Al-Baqarah (2) : 282:
يا أيها الذين أمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاكتبوه
Hai orang-orang yang beriman ! Jika kamu melakukan transaksi hutang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah …….
2.      Firman Allah QS. Al-Ma’idah (5): 1:
يا أيها الذين أمنوا أوفوا بالعقود ……
Hai orang-orang yang beriman ! Penuhilah akad-akad itu ………….
3.      Hadis Nabi dari Abu Said al-Khudri:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إنما البيع عن تراض
) رواه البيهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان(
Bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka “ (HR Al Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
4.      Hadis riwayat Bukhari dari Ibn ‘Abbas, Nabi bersabda:
من أسلف في شيء ففى كيل معلوم ووزن معلوم وأجل معلوم
Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang diketahui.
5.      Hadis Nabi riwayat Jama’ah:
مطل الغني ظلم) ……رواه الجماعة(
Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kedhaliman ………
6.      Hadis Nabi riwayat Nasa’i Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad:
لي الواجد يحل عرضه وعقوبته) رواه النسائى و ابو داود وابن ماجه و أحمد(
Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya. (HR  An Nasa’i, Abu dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
7.      Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf:
الصلح جائز بين المسلمين إلا صلحا حرم حلالا أو أحل حراما والمسلمون على شروطهم إلا شرطاحرم حلالا أو أحل حراما
Antara kaum Muslimin boleh mengadakan perdamaian, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan setiap muslim terikat pada syaratnya (perjanjian yang dibuatnya) masing-masing kecuali syarat mengharamkan yang halal  atau  menghalalkan yang haram. Hadits riwayat Turmudzi dan hadits ini dishahihkannya.
8.      Ijma’. Menurut Ibnu Munzir, ulama sepakat (ijma’) atas kebolehan jual beli dengan cara salam. Di samping itu, cara tersebut juga diperlukan oleh masyarakat (Wahbah, 4/598).
9.      Kaidah fiqh:
الأصل في المعاملات الإجابة إلا أن يدل دليل على تحريمها
Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkan.
Memperhatikan :
Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari’ah Nasional pada Hari Sabtu, tanggal 29 Dzulhijjah 1420H/ 4 April 2000.

Dewan Syari’ah Nasional
Menetapkan : FATWA TENTANG JUAL BELI SAHAM
Pertama   : Ketentuan tentang pembayaran :
1.      Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau manfaat.
2.      Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3.      Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
Kedua      : Ketentuan tentang Barang:
1.      Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2.      Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3.      Penyerahannya dilakukan kemudian.
4.      Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5.      Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6.      Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
Ketiga     :  Ketentuan tentang Salam Paralel (السلم الموازى)
                  Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat:
1.      Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan
2.      Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Keempat  : Penyerahan Barang sebelum atau pada waktunya:
1.      Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
2.      Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga.
3.      Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon).
4.      Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.
5.      Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:
a.       Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya,
b.       Menunggu sampai barang tersedia.
Kelima    : Pembatalan kontrak:
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah pihak.
Keenam   : Perselisihan:
Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ditetapkan di    : Jakarta
Tanggal            : 29 Dzulhijjah 1420 H / 4 April 2000

DEWAN SYARI’AH NASIONAL 
MAJELIS ULAMA INDONESIA


Ketua,
                               Sekretaris,



Prof. KH. Ali Yafie
                                  Drs.H. A. Nazri Adlani
 

No comments:

Sample text

Hargailah yang bersusah payah membuat blog ini