1. Apa yang membedakan ilmu pengetahuan dan
filsafat ?
Ilmu
pengetahuan adalah hasil pemikiran yang menggunakan cara tertentu (sistematis),
runtut (metodis) dan berhubungan (koheren) dengan pemikiran sebelumnya tentang
sebagian bidang dari apa yang ditangkap oleh panca indera. Sedangkan Filsafat adalah hasil pemikiran yang
menggunakan cara tertentu (sistematis), runtut (metodis) dan berhubungan
(koheren) dengan pemikiran sebelumnya tentang seluruh kenyataan atau semua
bidang baik yang dapat ditangkap oleh panca indera maupun tidak.
2. Apa yang mendorong manusia untuk
berfilsafat ?
a.
Keheranan, yaitu
rasa kagum atau senang terhadap sesuatu hal, sehingga melahirkan pola pikir dan
menghasilkan tindakan.
b.
Kesangsian,
yaitu perasaan yang dihasilkan oleh panca indera tentang ketidak percayaan terhadap sesuatu.
c.
Kesadaran akan
keterbatasan, yaitu manusia sadar bahwa apa yang dimiliki hanyalah sedikit
dibandingkan dengan apa yang ada di semesta ini.
3. Kapan filsafat diperlukan ?
Sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan.
4. Apa cabang Filsafat ?
Cabang filsafat adalah yang membagi filsafat menjadi
empat bidang induk, yaitu:
a. Filsafat tentang pengetahuan
Adalah filsafat yang membahas tentang hasil pemikiran
yang sistematis, metodis dan koheren tentang sebagian bidang dari apa yang dapat
ditangkap oleh panca indera, diantaranya :
1.
Epistemologi, yaitu cabang filsafat yang membahas
pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan, batas-batas, asal dan
jenis-jenis pengetahuan.
2.
Logika, yaitu cabang filsafat yang membahas tentang
kesehatan cara berfikir, aturan-aturan mana yang harus dihormati supaya
pernyataan-pernyataan kita sah.
b. Filsafat metafisika
Adalah filsafat yang membahas tentang hubungannya
dengan segala sesuatu yang ada. Filsafat metafisika di bagi dua:
1)
Metafisika umum, yaitu cabang filsafat yang hanya
membahas segala sesuatu sejauh itu ada, biasanya disebut ontologi.
2)
Teologi metafisik, yaitu cabang filsafat yang membahas
tentang Tuhan, lepas dari agama dan wahyu.
c. Filsafat tentang alam
Adalah filsafat yang membahas tentang hubungannya
dengan dunia, diantaranya:
1)
Antropologi, yaitu cabang filsafat yang membahas
tentang manusia.
2)
Kosmologi, yaitu cabang filsafat yang membahas tentang
dunia.
d. Filsafat tindakan
Adalah filsafat yang membahas tentang hubungannya
dengan tingkah laku manusia, diantaranya:
1)
Etika, yaitu cabang filsafat yang membahas tentang
praksis manusiawi atau cara bertindak manusia ditentukan oleh suatu norma.
2)
Estetika, yaitu cabang filsafat yang membahas tentang
keindahan.
5.
Bagaimana sejarah filsafat ?
Sejarah filsafat dapat dijelaskan melalui sejarah filsafat India,
sejarah filsafat Cina dan sejarah filsafat Barat.
a. Filsafat India
1)
Filsafat India: Kebudayaannya mengajarkan
bahwa kita hidup di dunia ini tertahan dalam roda reinkarnasi yang terus
menerus.
2)
Filsafat India: Keyakinan bahwa ada kesatuan
fundamental antara manusia dan alam.
3)
Zaman-zaman periode besar filsafat India antara
lain:
a)
Zaman Weda (2000 SM - 600 SM).
b)
Zaman Skeptisme/Reaksi (600 SM – 300 M).
c)
Zaman Puranis (300 M – 1200 M).
d)
Zaman Muslim (1200 M – 1757 M).
e)
Zaman Modern (1757 M – 1968 M).
b. Filsafat
Cina
1)
Filsafat Cina: Kebudayaannya mengajarkan bahwa manusia
sendiri dapat menentukan nasib dan tujuannya.
2)
Filsafat Cina: Antroposentris dan Pragmatis, slalu
mengajarkan bagaimana manusia harus bertindak supaya keseimbangan antara dunia
dan surga tercapai.
3)
Zaman-zaman periode besar filsafat Cina antara lain:
a)
Zaman Klasik (600 SM – 200 SM).
1)
Konfusianisme (551 SM – 497 SM).
2)
Taoisme (sekitar 550 SM).
3)
Mohisme (470 SM - 391 SM).
4)
Fa Chia/Legalisme.
5)
Yin-Yang.
6)
Ming Chia/Sofisme.
b)
Zaman Neo-taoisme dan Buddhisme (200 SM – 1000 M).
c)
Zaman Neo-konfusianisme (1000 M – 1900 M).
d)
Zaman Modern (1900 - sekarang).
c. Filsafat
Barat
1) Filsafat
Barat: Kebudayaannya mengajarkan bahwa manusia dan dewa-dewa semua dikuasai
oleh suatu nasib buta.
2) Filsafat
Barat : Rasionalisme dan Empirisme.
3)
Zaman-zaman periode besar filsafat Barat antara lain:
a)
Zaman Kuno (600 SM – 400 SM).
1)
Permulaan.
2)
Puncak Zaman klasik.
3)
Hellenisme.
b)
Zaman Patristik dan Skolastik (400 SM – 1500 M).
c)
Zaman Modern (1500 M – 1800 M).
1)
Zaman Renesanse.
2)
Zaman Barok.
3)
Zaman Fajar Budi.
4)
Zaman Romantik.
d)
Zaman Masa Kini (setelah 1800 M).
1)
Positivisme.
2)
Marxisme.
3)
Eksistensialisme.
4)
Fenomenologi.
5)
Pragmatisme.
6)
Neo-kantianisme dan Neo-tomisme.
7)
Aliran-aliran paling baru.
6. Apa pengertian filsafat logika ?
Filsafat Logika adalah filsafat yang membahas tentang
aturan dan cara berfikir untuk mencapai kebenaran.
7. Bagaimana cara berfikir filsafat logika?
Cara
berfikir filsafat logika ada dua macam, yaitu:
a.
Induksi,
yaitu berfikir dari soal-soal yang khusus membawanya kepada
kesimpulan-kesimpulan umum.
b.
Deduksi,
yaitu mengambil kesimpulan (pengertian) khusus dari kesimpulan-kesimpulan umum.
8. Apa pengertian filsafat metafisika ?
Filsafat metafisika adalah filsafat yang membahas
tentang keberadaan sesuatu dibalik materi (immateri).
9. Apa pengertian filsafat etika ?
Filsafat Etika adalah filsafat yang membahas tentang
prilaku manusia dilihat dari baik dan buruk.
10. Apa pengertian filsafat estetika ?
Filsafat estetika adalah filsafat yang membahas tentang
/ wujud / bentuk sesuatu dari indah tidaknya.
11. Bagaimana
biografi dan pemikiran al-Kindi ?
a. Biografi al-Kindi
Nama dan nasabnya al-Kindi dalam islam adalah Abu Yusuf
Ya`qub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran ibn Isma`il ibn Muhammad ibn al-Asy’ath
ibn Qais al-Kindi. Tahun kelahiran dan kematian al-Kindi tidak diketahui secara
jelas. Namun diduga tahun kelahirannya pada masa-masa terakhir dari kehidupan
ayahnya yang meninggal pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid. Khalifah ini
meninggal pada tahun 193 H./808 M. Ayahnya, Ishaq, adalah gubernur Kufah di
masa pemerintahan al-Mahdi (775-785) dan al-Rasyid (786-809). Jadi kira-kira
disekitar abad kesembilan Masehi al-Kindi dilahirkan. Menurut T.J. De Boer dan
Syekh Mustafa Abd. Razik al-Kindi lahir pada sekitar tahun 185 H./801 M. Salah
satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum
Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi adalah filosof Arab
pertama yang memelopori penerjemahan sekaligus mengenalkan tulisan atau
karya-karya para filosof Yunani di dunia Islam. Memang, secara etnis,
al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah
keturunan raja, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. terutama pada abad pertengahan di masa pemerintahan khalifah
al-Ma’mun (813-833) yang mengundangnya untuk mengajar di Baitul Hikmah. Dan memang, sejak
didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-Ma’mun, al-Kindi sendiri
turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di samping menerjemah, al-Kindi
juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan
pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi guru putra
Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad. Al-Kindi hidup di masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah, mulai dari khalifah al-Amin (809-813),
al-Ma’mun (813-833), al-Mu’tashim (833-842), al-Watsiq (842-847), dan
al-Mutawakkil (847-861).
Al-Kindi hidup dalam atmosfer
intelektualisme yang dinamis saat itu, khususnya di Baghdad dan Kufah, yang berkembang beragam
disiplin ilmu pengetahuan: filsafat, geometri, astronomi, kedokteran,
matematika, dan sebagainya. Al-Kindi tidak hanya dikenal sebagai penerjemah,
tetapi juga menguasai beragam disiplin ilmu lainnya, seperti kedokteran,
matematika, dan astronomi. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia
sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi
al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat.
Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk
mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika.
Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan
astronomi.
Al-Kindi wafat pada 256 H./869 M. (L. Massignon), 260
H./873 M. (C. Nallino), 257 H./ 870 M. (T.J . De Boer), dan Syeikh Mustafa Abd.
Razik menduga al-Kindi wafat pada tahun 252 H./864 M.
b. Pemikiran al-Kindi
Menurut al-Kindi, agama dan
filsafat tidak mungkin bertentangan. Agama di samping sebagai wahyu juga
menggunakan akal, Bagi al-Kindi, orang yang menolak filsafat bisa dianggap
kafir, karena dia telah jauh dari kebenaran, meskipun dirinya menganggap paling
benar. dan filsafat juga menggunakan akal.
Jika terjadi pertentangan antara
nalar logika dengan dalil-dalil agama dalam al-Qur’an, mestinya ditempuh dengan
jalan ta’wīl (interpretasi, kontekstualisasi, atau rasionalisasi atas teks-teks
keagamaan). Hal ini karena dalam bahasa (termasuk bahaa Arab), terdapat dua
makna: makna hakīkī (hakikat, esensi) dan makna majāzī (figuratif, metafora).
Namun demikian, menurut
al-Kindi, memang terdapat perbedaan dari segi sumber data (informasi) antara
agama dan filsafat. Agama diperoleh melalui wahyu tanpa proses belajar. Sedang
filsafat diperoleh melalui proses belajar (berpikir dan berkontemplasi). Sedang
dari segi pendekatan dan metode, agama dilakukan dengan pendekatan keimanan,
sedang filsafat dilakukan dengan pendekatan logika.
Al-Kindi juga menyinggung soal
jiwa manusia, masalah jiwa menurut al-Kindi tidak terlepas dari apa yang telah
digariskan sebelumnya oleh Aristoteles. Dalam hal ini, ia mengemukakan dua
definisi jiwa yang jelas bersumber dari Aristpteles. Jiwa menurut al-Kindi
adalah “kesempurnaan pertama bagi jisim alami yang memiliki kehidupan secara
potensial”. Dan pada tempat lain ia mengatakan “kesempurnaan jisim yang alami
yang organis yang menerima kehidupan”. Perbedaan dua definisi tersebut hanya
redaksional tidak pada pengertian.
Adapun hakikat jiwa, al-Kindi
menegaskan bahwa jiwa itu “jauhar tunggal (jauhar basith) berciri ilahi lagi
ruhani, tidak panjang, tidak dalam dan tidak lebar”.
Menurut al-Kindi daya-daya jiwa
ada dua jenis yang besar, yakni Daya inderawi (al-Quwwah al-Hissiyyah) dan daya
akal/pikiran (al-Quwwah al-‘Aqliyyah).
1) Daya Inderawi
Daya ini ada alatnya yang berwujud panca indera. Ia
menangkap bentuk-bentuk objek inderawi yang merupakan muatan dalam materinya.
Tapi, ia tidak dapat merangkaikan
bentuk-bentuk tersebut. Daya pengindera menurut al-Kindi bukanlah suatu
selain jiwa. Ia juga tidak berada dalam jiwa, seperti anggota badan pada badan,
melainkan ia sendiri adalah jiwa. Jadi, pengindera dan yang diinderawi adalah
suatu kesatuan dalam jiwa dan semua yang diinderawi itu adalah materi. Dan
bentuk-bentuk materi yang parsial sajalah yang terletak di bawah pengamatan
indera.
2) Daya akal atau pikiran
Daya ini berfungsi untuk mengetahui bentuk-bentuk
sesuatu yang terlepas dari materi, yakni bentuk-bentuk yang abstrak. Al-Kindi
membagi daya akal atau akal ini dalam empat bagian :
1)
Akal aktif.
2)
Akal potensial.
3)
Akal aktual.
4)
Akal lahir.
Yang dimaksud oleh al-Kindi dengan “akal aktif” adalah
serupa dengan “sebab pertama” dalam konsepsi aristoteles adalah Tuhan. Akal ini
senantiasa dalam keadaan aktif karena ia sebab bagi apa yang terjadi pada jiwa
manusia khususnya dan pada ala mini umumya.
Adapun tiga akal yang lain, ia adalah jiwa itu sendiri.
Jiwa merupakan “akal potensial” sebelum ia memikirkan objek pemikiran
(ma’qulat), dan setelah memiliki objeknya, maka ia beralih menjadi “akal
aktual”, penyebabnya adalah “akal aktif”. Jiwa dalam tingkat “akal aktual”
telah memiliki dan menguasai objek pemikirannya, sehingga ia dapat
menggunakannya kapan ia kehendaki. Dalam hal ini, objek tersebut telah
merupakan malakah atau qunyah (habitus) bagi jiwa. Dalam
tingkat terakhir, akal disebut “akal lahir” jika ia telah menggunakan malakah tersebut
dalam kenyataan. Untuk ini, al-Kindi memberi contoh “menulis” yang terdapat
dalam jiwa sebagai bentuk pengetahuan menulis, lalu dipergunakan untuk menulis
oleh si penulis kapan saja ia kehendaki.
12. Bagaimana
biografi dan pemikiran al-Farabi ?
Biografinya:
a.
Nama lengkapnya: Abu Nazar Muhammad ibnu Muhammad ibnu
Farhan ibnu Tarkhan ibnu al-Zalat atau yang dikenal dengan al-Farobi.
b.
Tahun kelahirannya: 259 H atau 872 M.
c.
Tahun kematiaanya: 339 H atau 991 M.
Pemikirannya:
a.
Aneka pemikiran dalam filsafat adalah satu.
b.
Bahwa alam ini tercipta pancaran alam zat Allah yang di
sebut dengan filsafat emanasi.
c.
Tentang jiwa: “bahwa jiwa mempunyai dua daya, yaitu:
1)
Daya penggerak. Daya penggerak dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a)
Daya menumbuhkan.
b)
Daya keinginan.
2)
Daya untuk mengetahui. Daya untuk mengetahui di bedakan
menjadi tiga, yaitu:
a)
Daya penginderaan.
b)
Daya Intuisi.
c)
Daya berfikir.
d.
Filsafat politik.
Menurut al-Farobi, Negara adalah jajaran dalam Negara harus
berfungsi sesuai tubuh, terpisah dalam kontrol. Sedangkan Kepala Negara adalah
yang memiliki akal mustafak, yaitu dimana seseorang mampu mendapatkan ilham
yang mampu berhubungan dengan metafisika. Dan akal merupakan Fa’il yang bagi
semua orang itu mampu.
13. Bagaimana
biografi dan pemikiran Ibnu Maskawaih ?
Biografinya:
a.
Nama lengkap: Abu ahli ahmad ibnu Muhammad ibnu Ya’kub
ibnu Maskawaih.
b.
Tahun kelahirannya : 330 H atau 932 M.
c.
Tahun kematiaanya : 421 H atau 1030 M.
Pemikirannya:
a.
Jiwa itu yang mengalami suka duka.
b.
Hakikat akhlak yaitu pengaturan tingkah laku manusia
untuk menuju kebahagiaan secara individu dan masyarakat.
c.
Jiwa memiliki tiga daya, yaitu:
1)
Daya berfikir.
2)
Daya marah.
3)
Daya keinginan.
14. Bagaimana
biografi dan pemikiran Ibnu Siena ?
Biografinya:
a.
Nama lengkap: Abu Ali al-Khusain ibnu Abdullah ibnu
Hasan ibnu Ali ibnu Sina.
b.
Tahun kelahirannya: 370 H atau 980 M.
c.
Thun kematiannya: 428 H atau 1037 M.
Pemikirannya:
a.
.Ilmu teoritis tentang wujud Allah swt.
1)
Wajibul wujud adalah (Allah itu tunngal tidak butuh
orang lain).
2)
Mukminul wujud ada karena munculnya wajibul wujud.
b.
Jiwa itu di bedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1)
Jiwa nabati, yaitu makan berkembang biak.
2)
Jiwa hewani, yaitu gerak dan menangkap.
3)
Jiwa insani, yaitu nabati, hewani, berfikir (teoritis
dan praktis).
15. Bagaimana
biografi dan pemikiran al-Ghozali ?
Biografinya:
a.
Nama lengkap: Abu Hamid Muhammad ibnu Muhammad ibnu
Muhammad ibnu Ahmad al-Ghozali.
b.
Tahun kelahiranya: 450 H atau 1058 M.
c.
Tahun kematiannya: 505 H atau 101 M.
Pemikirannya:
a.
Alam itu berdiri sendiri dan tidak diciptakan.
b.
Allah mengetahui hal yang umum dan hal-hal yang kecil.
c.
Kebangkitan manusia itu dari jiwa dan jasmaninya.
16. Bagaimana
biografi dan pemikiran Ibnu Bajjah ?
Biografinya:
a.
Nama lengkap: Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya al-Said.
b.
Tahun kelahiran: 474 H atau 1082 M.
c.
Tahun kematian: 533 H atau 1138 M.
Pemikirannya:
a.
Ibnu badjah mengatakan bahwa cara mencari pengetahuan
adalah dengan akal.
b.
Tujuan hidup manusia untuk memperoleh kebahagiaan–kebahagiaan.
Pencapaian dalam hidup tanpa mengharapkan keuntungan apapun.
17. Bagaimana
biografi dan pemikiran Ibnu Thufail ?
Biografinya:
a.
Nama lengkapnya: Abu Bakar Muhammad ibnu Muhammad ibnu
Abdul Malik ibnu Muhammad ibnu Min Muhammad ibnu Thufail al-Qissy.
b.
Tahun kelahirannya: 506 H atau 1110 M.
c.
Tahun kematiaanya: 581 H atau 1185 M.
Pemikirannya:
a.
Ibnu Thufail menulis metode khayalan yang berjudul
”hayy ibn yazaqhzan”, bahwa ada 3 macam yang menggunakan metode tersebut yaitu:
1)
Ijahsal: manusia yang selalu menggunakan akal/Rasional.
2)
Ulama: bahwa yang mengerti apa isi kitab suci.
3)
Hayy ibn yazaqhzan: adalah seorang yang berkembang
dalam lingkungan dan dunia binatang.
Ketiga metode tersebut yaitu sama-sama mencari keberadaan Tuhaanya
melalui kitab suci.
b.
Ibnu Thufail juga menjelaskan bahwa keberadaan Tuhan,
maka ada 3 pendekatan:
1)
Kitab suci
2)
Akal
3)
Pengamatan observasi
c.
Hal tersebut sama pentingnya untuk mendapatkan
kebenaran, dari kitab suci manusia bisa membuktikan kebenarannya dari
pengamatan tersebut.
18. Bagaimana
biografi dan pemikiran ibnu Rusd ?
Biografinya:
a.
Nama lengkapnya: Abi Malik Muhammad ibnu al- Madb Muhammad
ibnu Ahmad ibnu Rusd.
b.
Tahun kelahirannya: 520 H atau 1126 M
c.
Tahun kematianya: 9 syafar 595 H atau 11 desember 1198
M
Pemikirannya:
a.
menurut Ibnu Rusd alam ini tidak kekal memang Allah swt
tidak mau mengetahui yang kecil karena adanya potensi kekafiran yang sudah di
berikan akan hal itu,
b.
Menurut filosof al-Ghozali tentang bangkitnya dari
kubur itu konsisten
c.
Allah tidak mau mengetahui sesuatu hal yang kecil
karena sudah adanya malaikat.